"Komposisinya, sapi siap potong berkurang 50 persen dari yang kita estimasi, dilarikan ke sapi bakalan," kata Direktur jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, bachrul Chairi, saat ditemui wartawan, di Jakarta, Jumat.
Bachrul menjelaskan, importasi sapi siap potong sudah tidak ideal lagi untuk dilakukan, dikarenakan selain perbedaan harga yang tidak terlalu jauh, rasio antara tulang dan daging tidak memenuhi kriteria.
"Sapi siap potong dianggap sudah tidak ideal lagi, perbedaan harga hanya lima sen, dan rasio tulang dan daging tidak memenuhi kriteria untuk dapat harga jual ideal sebesar Rp85.000--Rp90.000 per kilogram," kata Bachrul.
Bachrul menambahkan, untuk triwulan kedua 2014, Kementerian Perdagangan akan mengeluarkan Surat Persetujuan Impor (SPI) untuk mendatangkan kurang lebih sebanyak 270.000 ekor sapi ke Indonesia.
"Untuk saat ini komposisinya 80 banding 20, nantinya diharapkan 60 banding 40," kata bachrul.
Selain itu, Lanjut Bachrul, dari perencanaan indikatif Kementerian Perdagangan, para pelaku usaha mengajukan adanya perubahan komposisi, diantaranya adalah kenaikan impor sapi sebanyak lima persen dari rencana indikatif tersebut.
"Mereka mengajukan, jumlahnya naik lima persen dari yang kita estimasi, kita menerima karena untuk persiapan hari-hari besar," kata Bachrul.
Pada kuartal satu lalu, Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan SPI untuk 35 perusahaan (feedlotter) yang akan mendatangkan sapi kurang lebih sebanyak 150.000 ekor.
Untuk kuartal pertama 2014 akan masuk sebanyak 130.245 ekor sapi bakalan dan 22.860 ekor sapi siap potong,.
Dalam rencana indikatif, untuk kuartal II 2014 akan didatangkan sapi bakalan dan siap potong kurang lebih sebanyak 265.000 ekor dikarenakan untuk persiapan menghadapi datangnya Hari Raya Idul Fitri 2014.
Sementara pada kuartal tiga, impor sapi sebanyak 167.000 ekor dan pada kuartal empat sebanyak 170.000 ekor.
Sumber:Antara
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone