"Pengumuman tersebut terlalu terburu-buru, dan tanpa memperhatikan keadaan keluarga penumpang Malaysia Airlines MH 370 yang saat ini masih menunggu kepastian mengenai pesawat yang dilaporkan hilang," kata Immanuel Siregar (29), abang kandung Firman Siregar (25) yang menjadi penumpang MH370 di Medan.
Pengumuman yang disampaikan Perdana Menteri Malaysia M. Najib Tun Razak pada Senin (24/3), menurut dia, juga belum ada kepastian dan masih analisa satelit dari Inggris.
"Pemerintah Malaysia juga jangan terus yakin dengan analisa satelit, dan hal ini juga belum ada bukti-bukti yang kuat, karena tidak adanya kepingan pesawat Malaysia Airlines yang dilaporkan jatuh di Samudera Hindia," ucapnya.
Dia juga menyebutkan, seharusnya sebelum Pemerintah Malaysia mengumumkan temuan pesawat yang jatuh itu, maka patut juga mempertimbangkan baik dan buruknya kepada keluarga penumpang yang sudah lama menunggu kejelasan pesawat itu.
Hal ini, ujarnya, perlu dikaji secara mendalam bagaimana kalau pesawat Malaysia Airlines MH370 yang dilaporkan jatuh di Samudera Hindia itu, ternyata tidak benar seperti yang telah dilaporkan Malaysia.
"Apa yang telah disampaikan Pemerintah Malaysia bukan membuat tenang bagi keluarga dan sanak famili penumpang pesawat Malaysia Airlines yang berada di Medan, Jakarta maupun di negara lain," ujarnya.
Immanuel juga berharap kepada Pemerintah Malaysia, jangan mengeluarkan pengumuman dan pernyataan mengenai pesawat dengan nomor penerbangan MH 370 tanpa dilengkapi dengan bukti-bukti yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Setiap mengeluarkan pengumuman harus ada bukti yang jelas," ujarnya.
Dia menyebutkan, yang namanya analisa adalah belum dianggap pasti kebenarannya, dan jangan hal ini diumumkan di depan publik.
"Pemerintah Malaysia juga harus menghargai keluarga penumpang pesawat Malaysia Airlines MH 370 yang dilaporkan hilang," ujarnya.
Immanuel juga masih berharap pesawat yang hilang tersebut dapat ditemukan dalam keadaan selamat.
Pesawat Malaysia Airlines MH 370 yang mengangkut 239 penumpang, termasuk 12 awak kabin, dinyatakan hilang pada 8 Maret 2014 setelah lepas landas di Lapangan Terbang Internasional Kuala Lumpur (KLIA) menuju Beijing, Tiongkok.
Sebanyak tujuh warga negara Indonesia terdaftar sebagai penumpang pesawat tersebut, yakni Firman Siregar (25 tahun), Lo Sugianto (47), Indra Suria Tanurisam (57), Chynthya Tio Vinny (47) dan Willy Surijanto Wang (53) serta dua orang terdaftar dengan nama Ferry Indra Suadaya, masing-masing berusia 42 dan 35 tahun.
Sumber:Antara
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone