Jalan hidup lurus penuh kenikmatan.
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS al-Fatihah [1]: 6-7)
Doa yang paling sering terucap setiap hari ialah doa memohon petunjuk agar kita menemukan jalan luas lagi lurus, as-shirath al-mustaqim, sebagaimana diungkapkan dalam surah al-Fatihah ayat 6-7 seperti tersebut di atas.
Tiada rakaat shalat tanpa terucap doa itu. Bayangkan jika kita shalat berkali-kali dalam sehari, maka sebanyak itu kita melafalkan doa tersebut.
Kata as-shirath al-mustaqim sesungguhnya tidak lain ialah jalan lurus dan lapang, jalan kebenaran sebagaimana dituntunkan di dalam ajaran dalam Islam.
Jalannya orang-orang yang sukses di dalam menjalani kehidupan, seperti yang dijalani para nabi, para kekasih, dan hamba pilihan Tuhan lainnya. Jalan hidup seperti itulah yang disebut dengan jalan penuh kenikmatan.
Jalan kehidupan yang penuh kenikmatan ialah jalan lurus dan datar yang sudah barang tentu menjanjikan ketenangan bagi para penempuhnya. Dalam kondisi apa pun ia tetap stabil.
Jika dikaruniai rezeki yang lapang, dianugerahi jabatan penting, atau sedang berada di dalam puncak karier, ia tetap seperti apa adanya dirinya, seolah tidak ada yang berubah, baik dalam sikap maupun sifat.
Sebaliknya, jika diuji dengan kekecewaan, penderitaan, musibah, dan penyakit, ia tetap seperti apa adanya, tidak menunjukkan kekecewaan dan perubahan berarti di dalam hidupnya. Mereka ini dapat disebut penempuh kenikmatan jalan hidup (an'amta 'alaihim).
Kebalikannya ialah jalan yang tidak stabil, fluktuatif, turun-naik, dan berkelok-kelok, yang sudah barang tentu sarat dengan guncangan. Jalan hidup yang fluktuatif itu disimbolkan dengan orang-orang yang tidak memiliki konsistensi (istiqamah) di dalam menjalani kehidupan.
Jika memperoleh kelapangan rezeki, dipromosikan menduduki jabatan penting, atau sedang berada di dalam puncak popularitas, maka ia lupa diri, mabuk, angkuh, dan sombong. Sifat-sifat ini tentu sangat tercela, bukan hanya di mata manusia tetapi juga di mata Allah SWT. Karena itu, penempuh jalan seperti ini disebut orang-orang dimurkai (al-maghdhub).
Jalan hidup fluktuatif juga bisa di dalam bentuk seseorang menjatuhkan diri ke dalam keputusasaan, bahkan dengan membinasakan dirinya sendiri pada saat dilanda kekecewaan.
Misalnya ketika ia kecewa dengan pengangguran yang dialaminya, dibakar oleh api cemburu, atau merasa tersiksa dengan penyakit kronis yang dideritanya. Orang-orang seperti ini seperti tidak lagi menemukan cahaya kehidupan. Ia menatap jalan hidupnya dengan penuh kegelapan. Orang-orang seperti ini bisa disebut penempuh jalan sesat (ad-dhallin).
Sumber: Republika
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone