Sumpah Pemuda Tergerus Bahasa 'Alay'

Miapa? Ciyus? Kata kata ini sudah tidak asing di telinga kita karena hampir semua pelajar pernah bertutur seperti itu. Kemajuan sosial medialah yang memegang peran penting dalam penyebaran virus kata-kata alay.
Alay merupakan singkatan dari "anak layangan" atau "anak lebai". Istilah alay merupakan stereotip yang menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan. Kini, bahasa alay semakin menepikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Karena itu, ratusan pelajar yang tergabung dalam sejumlah elemen di Surabaya menggelar unjuk rasa untuk menyampaikan keprihatinan terhadap membudayanya penggunaan bahasa "alay". "Semua bisa melihat bagaimana membudayanya bahasa 'alay' dalam pergaulan sehari-hari. Terus terang, kami prihatin dengan kondisi itu dan bahasa Indonesia semakin tergerus serta tidak meluas di negara ini," kata koordinator aksi Malik Nuris di sela-sela orasinya di Surabaya, Ahad (27/10).

Aksi yang digelar di depan Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, tersebut, diikuti perwakilan pelajar SMP dan SMA se-Surabaya. Selain itu, puluhan siswa dari sejumlah sekolah di Sidoarjo, Mojokerto, Malang, Madiun, Pasuruan, dan beberapa daerah lain juga bergabung menyuarakan hal yang sama.

Menurut Malik, unjuk rasa ini sebagai bagian dari peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober. Pihaknya mengaku prihatin dengan kondisi remaja zaman sekarang yang seolah melupakan nilai-nilai kepemudaan seperti yang tertera dalam naskah Sumpah Pemuda. "Karena itulah kami mengajak kepada semua pemuda dan pemudi bangsa untuk lebih menghargai serta mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.

Ia mengungkapkan, meski tidak semua nilai yang terdapat dalam Sumpah Pemuda diamalkan, pihaknya sangat berharap ada salah satu yang dilakukan, khususnya dalam berbahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. "Bahasa Indonesia adalah budaya bangsa. Jadikan bahasa Indonesia ini sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dan bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai budayanya. Hilangkan bahasa 'alay' sebagai kamus bahasa kita," kata siswa kelas XI-IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Malang tersebut.

Situs jejaring social, seperti Facebook atau Twitter yang kini menjadi sumber informasi bagi masyarakat dinilai ikut memopulerkan bahasa "alay". Peran Facebook atau Twitter sayangnya melupakan satu hal, yakni penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masalah ini tentu perlu diperhatikan mengingat jumlah pemilik akun terbesar di dunia adalah masyarakat Indonesia.

Para pelajar memiliki peranan untuk meluruskan hal tersebut. Sebab, sekian besar pemilik akun laman jejaring sosial tersebut, sebagian besarnya adalah pelajar. Pelajar dapat membiasakan diri menulis bahasa Indonesia dengan baik dan benar melalui akun jejaring sosial yang dimiliki masing-masing pelajar. Ketika itu sudah dimulai, akan berlanjut saat mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan guru.

Sementara itu, selain berorasi, mereka juga menggelar berbagai aksi, antara lain, formasi barisan Pasukan Pengibar Bendera Sang Saka Merah Putih (Paskibraka) dari siswa SMA Negeri 20 Surabaya, pembacaan puisi bertema Cinta Tanah Air, serta membentangkan bendera merah putih sepanjang 85 meter.

Tidak itu saja, para peserta yang dalam aksinya mengenakan seragam putih abu-abu untuk siswa SMA se-derajat dan putih biru untuk siswa SMP tersebut juga memberikan tanda telapak tangan dan lima jari terbuka menggunakan tinta merah di spanduk putih sepanjang 34 meter sebagai bentuk harapan kesempurnaan pemuda Tanah Air. Melalui spanduk bertuliskan "Aku, Kamu, dan Kita Penentu Masa Depan Bangsa", Malik Nuris berharap mampu mengajak dan memengaruhi pemuda Indonesia agar lebih menghargai budaya bangsa.

Sumber: Republika
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Share this article :
 
 
Support : Online Store | Indahnya Kebersamaan | Information Teknologi
Copyright © 2011. Indonesia Hari Ini - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger