Balita yg ditolak Rumah Sakit akhirnya meninggal

Revan Adiyaksa Amir  akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit Akademis Makassar sekitar pukul 01:15 WITA Kamis dinihari setelah sebelumnya ditolak sejumlah Rumah Sakit (RS) milik pemerintah dan swasta dengan alasan ruangan perawatan penuh.

"Sebelumnya anak saya, saya bawa ke dokter umum karena mengalami muntaber, kemudian dibawa ke Rumah Rakit Umum Daya untuk mendapat perawatan, kemudian dirujuk ke RSU Wahidin Sudirohusodo, tetapi di tolak dengan alasan ruang PICU penuh pasien," ujar Nirma, ibu kandung Revan di Makassar, Kamis.

Usai menguburkan anaknya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Panaikang dia menuturkan, awalnya Revan mengalami sakit dan muntah muntah kemudian di bawa ke dokter umum pada 21 Juni 2013. Tidak ada perubahan kemudian dirinya membawa anaknya ke RSUD Daya pada Senin 24 Juni 2013.

Setelah dirawat beberapa hari, lanjut Nirma, kondisi Revan menurun dan terlihat tertidur, namun setelah dicek dokter, ternyata almarhum dalam kondisi kritis dan bukan tertidur.

Pihak RSUD Daya kemudian langsung merujuk ke RS Regional Wahidin Sudirohudo mengunakan ambulan pada Rabu 26 Juni malam, namun tiba di RS tersebut pihak RS hanya memeriksa Revan didalam ambulan alasannya ruang perawatan anak Pediatric Intensive Care Unit (PICU) sedang penuh.

Tidak ingin anaknya tersiksa karena dalam kondisi kritis, dia bersama suaminya (Amir) yang bekerja serabutan kemudian membawa anaknya ke Rumah Sakit Ibnu Sina. Sayangnya, pihak rumah sakit tersebut juga mengatakan alasan yang sama dan tidak menerima Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

Nirma kemudian kembali membawa anaknya ke Rumah Sakit Awal Bros, lagi-lagi pihak rumah sakit mengatakan tidak punya ruangan khusus, dan tidak menerima peserta Jamkesda. Sekitar pukul 11:40 WITA anaknya kemudian dibawa ke RS Akademis dan akhirnya diterima dan ditangani.

Akan tetapi takdir berkata lain, usaha Nirma menyelamatkan anak keduanya akhirnya sirna dan Revan meninggal dunia pada pukul 01:15 WITA karena kekurangan cairan dan kondisinya sangat lemah.

"Anak saya sudah tidak sadar waktu dibawa ke beberapa rumah sakit. Dan saya belum tahu harus membayar pakai apa di rumah sakit Akademis, KTP dan KK disuruh simpan sebagai jaminan, saya hanya pasrah saja pak, kami ini orang miskin," ucapnya terbata dirumah orang tuanya Perumahan Haji Kalla II/24 Kelurahan Panaikang, Kecamatan Panakukang.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur RS Wahidin Sudirohusudo Prof Dr Abdul Kadir mengatakan pihaknya telah menangani pasien sesuai prosedur, hanya saja kondisi anak tersebut sudah kritis dan mesti dirawat intensif diruangan khusus karena mulai kehabisan cairan.

"Dari laporan saya terima, kondisi pasien sudah parah dengan kesadaran menurun, tetapi ruang PICU dengan 13 tempat tidur sedang penuh, lalu orang tuanya membawa ke rumah sakit lain setelah ditelepon dokter jaga ke beberapa rumah sakit, jadi kami tidak menolak," bantahnya.

Sumber: Republika
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Share this article :
 
 
Support : Online Store | Indahnya Kebersamaan | Information Teknologi
Copyright © 2011. Indonesia Hari Ini - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger