Lembaga arsip film Sinematek memanfaatkan teknologi dengan mengikuti era digital dan hari ini telah mengkonversi 29 film nasional dalam bentuk digital.
Kepala Sinematek Adisurya Abdy berharap dalam beberapa bulan lagi koleksi film Sinematek dapat dinikmati dengan perangkat berbasis internet melalui video streaming.
Dia mengaku sedang mempersiapkan rencana ini bersama rekannya yang memahami dunia teknologi informasi.
"Enkripsinya nanti (film) nggak bisa di-download. Orang cuma bisa mengklik dan menonton," kata Adisurya saat jumpa pers di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Kuningan, Jakarta.
Sinematek, lanjutnya, tidak memiliki atau memegang hak cipta atas film yang disimpan di sana sehingga mereka tidak boleh memperjualbelikan film-film tersebut.
Selain dapat dinikmati melalui perangkat berbasis internet, Adisurya yang baru dua minggu ini menjabat Kepala Sinematek berusaha agar pengunjung yang ingin menonton koleksi film memelajari sejarah film Indonesia dapat terbantu dengan sistem yang baru.
Ia berencana memasukkan film-film yang telah dikoneversi ke dalam bentuk digital pada data server.
"Sehingga besok-besok, kalau ada orang yang datang ke Sinematek untuk menonton atau memelajari film Indonesia, tinggal duduk, klik judul. Apakah ia mau lihat filmnya, posternya, atau mungkin musik ilustrasinya," jelas Adisurya.
Sekarang ini, dia mengaku Sinematek masih menggunakan cara manual dan tradisional dalam mencari koleksi film maupun memutar film-film itu.
Ia berharap dalam beberapa bulan ke depan, 300 judul film koleksi Sinematek dapat dinikmati pengunjung dengan cara yang baru itu.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti berpendapat Sinematek idealnya menjadi pusat film Indonesia.
"Ada arsip, pusat data dan informasi, pelatihan sinematografi, termasuk museum film yang terintegrasi satu sama lain," tuturnya.
Sumber: Antaranews
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone