Dalam beberapa pekan terakhir, sedikitnya ada belasan politikus yang mengundurkan diri jabatannya di DPR. Padahal sisa jabatan mereka masih 1,5 tahun lagi.
Sebagian ada yang mundur karena berpindah partai, seperti Akbar Faizal (Hanura ke Nasdem), Maiyasyak Johan (PPP ke NasDem lalu Golkar), Enggartiasto Lukito (Golkar ke NasDem) dan nama-nama lainnya. Lalu, politikus kawakan seperti Anis Matta juga mundur dari DPR karena terpilih menjadi Presiden PKS. Terakhir, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang mundur dari Dewan demi fokus di Partai Demokrat.
Indikasi menurunnya kinerja anggota Dewan jelang Pemilu juga terlihat jumlah peserta rapat paripurna. Sejak awal tahun 2013, angka legislator yang bolos rapat berada di kisaran 180 orang hingga 230, hampir 50 persen dari total keseluruhan anggota Dewan sebanyak 560. Belum lagi, kebiasaan beberapa anggota Dewan yang mengisi presensi lalu pergi seperti yang sempat ditunjukkan Ibas di Paripurna lalu.
Pengamat parlemen dari Formappi, Sebastian Salang, menilai, setiap menjelang Pemilu, anggota DPR memang jadi lebih kurang produktif dalam urusan legislasi dan pengawasan. Konsentrasi mereka kini berada di daerah pemilihan.
"Jadi tingkat kehadirannya makin berkurang. Ini akan semakin menurun lagi, saya memperkirakan produktifitas jadi akan lebih buruk," tegasnya.
Ke depan, Sebastian pun mengusulkan agar ada sistem khusus yang mencegah kebiasaan buruk ini berulang. Pertama, mengurangi caleg parpol dari kalangan pengusaha. Sebab, berdasarkan pengalaman selama ini, para pengusaha cenderung enggan berlama-lama rapat, berbeda dengan para aktivis atau politikus berpengalaman.
Kedua, Sebastian mengusulkan agar ada mekanisme disiplin yang jelas di partai politik. Bila ada anggota yang malas, maka harus ditindak bahkan ditarik dari kursi empuk Dewan.
"Ketiga, BK harus berani menegakkan aturan bahkan merecall anggota," terangnya.
Sumber: Detiknews
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone