Blok C berada di paling tengah menghadap area lapangan dalam lapas dan menara pengawasan. Blok–blok di sebelahnya terlihat sama mulai dari warna cat maupun pagar yaitu abu–abu.
Tapi ada yang beda dari Blok C dari pagar terlihat gapura yang bertuliskan Kampoeng Santri At – Taubah. Warna hijau menempel pada tembok ruang tahanan yang berderet dan berhadapan. Kamar tahanan disebut dengan kamar asrama oleh warga binaan.
Pada bagian atas pintu terdapat nama–nama sahabat nabi untuk menandakan nama kamar asrama. Kamar asrama terlihat ala kadarnya untuk dihuni mereka.
Diantara pada bagian dekat gerbang tertulis Ali bin Abi Thalib kemudian Umar Bin Khattab pada bagian atas pintu. Kaligrafi menghiasi setiap dinding tembok ruang ruangan tersebut.
Pada bagian depan terdapat area halaman yang luas. Terlihat beberapa tanaman beserta air mancurnya. Sejumlah warga binaan terlihat mengenakan pakaian busana muslim beserta peci berkumpul di bagian depan kamar mereka.
Suara takbir terdengar berkumandang pada area sekitar lapas. Sejumlah petugas terlihat memantau dan menjaga kondisi lapas.
Kepala Subsi Bimbingan Pemasyarakatan, Suratmin mengatakan Blok C disebut juga Blok Pesantren sejak tahun 2004. "Kampung Santri punya peraturan seperti santri di pesantren. Pola pikir harus mengikuti pemikiran santri," katanya pada Republika, Kamis (8/8).
Blok tersebut terus berkembang dengan peningkatan jumlah santri warga binaan. Saat ini Blok Pesantren tersebut dihuni 326 santri warga binaan dari berbagai tindak pidana kasus.
Blok tersebut merupakan bidang program dalam bidang rohani pada lapas. Ada 24 ruang tahanan di lapas tersebut terdapat juga empat ruangan kelas.
Menurutnya, warga binaan yang ingin masuk ke blok tersebut harus melalui tahapan pembinaan di asrama terlebih dahulu. Selanjutnya akan disaring dari hasil tersebut lalu dimasukan ke dalam kelas–kelas.
Ada sekitar enam sampai delapan orang guru dari luar untuk memberikan ajaran agama. Tapi ada pula guru dari warga binaan sendiri yang mampu memahami ajaran agama dengan baik.
"Blok ini menjadi objek percontohan untuk blok lainnya. Ada beberapa tahanan setelah masuk blok ini jadi bisa ngaji, bisa shalat, dan bisa tahu siapa dirinya," paparnya.
Sehingga dipersilahkan untuk membantu dan membimbing sesama warga binaan. Sebab, ada beberapa tahanan yang bahkan mempunyai gelar Lc dari Timur Tengah sehingga sudah paham tentang ajaran agama.
Namun warga binaan tersebut saat ini sudah bebas dari lapas. Tetapi adapula yang sama sekali belum mengerti bahkan tidak bisa mengaji maupun shalat.
Hal itu untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa di dalam lapas bukan belajar kejahatan tetapi belajar kebaikan. Sehingga diharapkan warga binaan bisa memperbaiki diri dengan hidup ala santri baik saat di dalam maupun di dalam lapas.
Karena menerapkan pola hidup ala santri maka apabila ada yang melanggar akan dikeluarkan dari blok tersebut. Sehingga akan dipindahkan ke blok lainnya yaitu Blok A, B, D, E, dan F.
Menurutnya, apabila jumlah santri meningkat maka rencananya akan ditambah pada blok lainnya seperti Blok B untuk menerapkan konsep serupa. Tapi diharapkan kelak semua blok bisa menerapkan pola hidup seperti blok pesantren.
"Pendekatan agama lebih baik bagi siapa pun. Karena agama dibawa dari lahir oleh setiap manusia," ucapnya. Sehingga warga binaan dapat belajar hidup melalui pendekatan agama melalui Kampung Santri tersebut.
Ahmad (32) salah seorang warga binaan yang merangkap sebagai guru agama mengatakan bersyukur jika di lapas dapat menemukan kampung ala pesantren.
"Alhamdulillah dari santri maupun petugas sama–sama saling membina dan mengerahkan satu sama lain," ungkapnya. Menurutnya, pembelajaran dimulai dari pagi diawali dengan kegiatan bersih–bersih. Selanjutnya ada shalat dhuha lalu belajar di kelas jamaah pada masjid.
Ia memaparkan selama bulan Ramadhan kemarin setiap malam dilakukan shalat tarawih berjamaah. Ia mengharapkan santri warga binaan akan terus bertambah untuk semangat belajar ilmu agama.
Selain itu, apa yang diterapkan di Blok C Kampung Santri dapat menular kepada lima blok lainnya yang ada di LP Pemuda Kota Tangerang.
Sumber: Republika
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone