Tudingan itu disuarakan oleh Ketua Pengprov PSSI Jawa Tengah Sukawi Sutarip. Seperti diberitakan sebelumnya, melalui Deputi Sekretaris Jendral (Sekjen) Bidang Kompetisi PSSI Saleh Ismail Mukadar, PSSI membekukan Pengprov PSSI Jateng yang dinilai telah melanggar aturan dan instruksi dalam Pasal 15 Statuta PSSI.
Selain itu, kesalahan lain yang disebut telah dilakukan adalah kepengurusan Pengprov PSSI Jateng telah ikut menyaksikan pembukaan pertandingan Divisi Utama versi PT Liga Indonesia--Indonesia Super League--tanggal 27 Januari lalu, ketika PSIS Semarang menghadapi PSCS Cilacap.
Peringatan keras dari PSSI itu, menurut Sukawi, adalah salah satu bentuk arogansi dari PSSI. "Sekarang ini PSSI arogan. Saya itu pecinta bola, kenapa lihat sepakbola saja enggak boleh?" katanya saat dihubungi detikcom, Kamis (31/1/2013).
Padahal, kata Sukawi, selama menjadi pengurus provinsi PSSI Jateng ia tidak mendapat gaji, berbeda halnya dengan pengurus PSSI pusat. Semua biaya disebutnya harus ia tanggung sendiri, termasuk tranportasi dan membiayai ajudan jika diperlukan.
"Sekjen itu dibayar, pengurus provinsi tidak dibayar, kami benar-benar kerja untuk bola. Pakai mobil dan bensin sendiri. Kalau ada ajudan ya kita bayari sendiri. Ini bukan berarti saya ingin kembali ditarik jadi pengurus, lho," tutur mantan Wali Kota Semarang itu.
Ia menambahkan, saat ini seolah PSSI membuka front pertempuran, padahal pecinta sepakbola di Indonesia sangat berharap kekisruhan yang ada bisa segera tuntas. Oleh sebab itu ia pun setuju dengan rencana pembubaran PSSI yang ada sekarang, lalu dibuat yang baru. "Nantinya kepengurusan yang baru harus bisa konsisten," katanya.
Ia mengaku pihaknya juga sudah melaporkan langkah-langkah PSSI yang dianggapnya salah, kepada Ketua Umum PSSI Djohar Arifin, Menpora Roy Suryo dan Presiden SBY. "Permasalahan ini seperti bom waktu, pasti nanti akan meledak," ujar Sukawi.
Sumber: Detiksport
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone