Warga Irak kembali dicekam ketakutan karena meningkatnya kekerasan sektarian. Rentetan bom, seperti di perumahan warga Syiah, pasar bahkan mesjid menyebabkan puluhan orang meninggal. Angka korban pun simpang siur, meski Reuters melaporkan jumlahnya mencapai 25 orang dan kemungkinan akan terus bertambah.
Serangan kelompok Sunni semakin meningkat, khususnya kepada pasukan keamanan, pemimpin kelompok dan mesjid sejak bulan lalu. Hal ini tampaknya dipicu serangan militer Irak ke sebuah tenda demonstran di Kirkuk bulan April kemarin.
Menurut data PBB, bulan April lalu adalah waktu paling berdarah sepanjang lima tahun terakhir, yaitu sebanyak 712 orang tewas. Seperti serangan bom bunuh diri pada hari Kamis (16/5) ke sebuah masjid Syiah di Kirkuk yang menyebabkan delapan orang tewas. Sementara VOA menyebut jumlah korban sementara adalah 13 orang. Kebanyakan korban adalah pelayat dari korban bom yang sebelumnya sudah terjadi di daerah itu.
Sementara itu, tiga mobil yang membawa bom meledak di pasar yang dipenuhi warga di timur ibukota Irak. Polisi menyebutkan 14 orang meninggal dan 26 lainnya luka-luka. Begitu juga dengan bom bunuh diri di utara kota Mosul yang menyerang pos pemeriksaan.
Sejak pasukan Amerika Serikat keluar dari Irak tahun 2011, ketegangan antara Syiah dan Sunni mulai menyeruak. Bahkan banyak pihak mulai merasa negara itu di ambang perang saudara. Minoritas Sunni yang kehilangan dominasi sejak invasi AS di tahun 2003 terus menekan Perdana Menteri Syiah Nuri Al Maliki. Hal ini karena masyarakat Sunni dipinggirkan dari pemerintahan.
Sumber: Republikaonline
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone